Kelapa sawit merupakan tanaman asli Amerika Selatan dan Amerika Tengah, yang banyak dibudidayakan di Indonesia, terutama juga di daerah Luwu Utara. Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik pada daerah dengan iklim tropis seperti Indonesia.
Budidaya kelapa sawit digalakkan di Indonesia karena kelapa sawit merupakan tanaman yang bernilai ekonomis tinggi serta dapat digunakan sebagai bahan baku dalam industri makanan, kosmetik, produk kebersihan, dan digunakan sebagai biodiesel.
Produksi sawit untuk pasar dunia dikuasai oleh Indonesia dan Malaysia. Indonesia merupakan produsen dan eksportir minyak sawit terbesar di dunia. Menilik perkembangan industri olahan kelapa sawit, minat pasar dunia akan kelapa sawit menunjukkan kecenderungan untuk meningkat sejalan dengan pertumbuhan populasi dunia yang akan meningkatkan konsumsi produk dengan bahan baku minyak sawit, seperti produk kosmetik dan biodiesel.
Sektor perkebunan kelapa sawit tercatat menjadi salah satu pilar ekonomi nasional. Saat krisis moneter hingga krisis ekonomi global melanda dunia termasuk Indonesia, sektor perkebunan kelapa sawit menjadi salah satu sektor usaha yang mampu bertahan hingga kini.
Suistainability-nya juga tidak perlu diragukan. Sektor ini juga mampu menyerap tenaga kerja yang cukup besar. Jika rata-rata satu keluarga punya anggota keluarga satu istri dan dua anak, maka tidak kurang 16 juta jiwa yang menggantungkan kehidupan pada bisnis kelapa sawit ini.
Berangkat dari hal tersebut, tentunya ini menjadi sebuah potensi agribisnis yang besar bagi masyarakat serta sangat bagus untuk di berdayakan, terkhususnya daerah pedesaan yang memang memiliki lahan yang cukup luas serta sumber daya manusia yang memadahi untuk mengelolannya.
Terlebih lagi harga kelapa sawit yang mengalami kenaikan dari waktu ke waktu. Seperti yang baru-baru ini Pemerintah Kabupaten Luwu Utara menetapkan harga tandan buah segar kelapa sawit pada periode Maret 2021 sebesar Rp 1.610 per kilogram. Harga itu naik, dibandingkan pada bulan lalu yakni sebesar Rp 1.520 per kilogram.
Di daerah Luwu Utara sendiri merupakan salah satu daerah sentra penghasil sawit di Sulawesi Selatan.
Kabupaten ini berada di bagian utara Sulawesi Selatan. Wilayah Luwu Utara yang sebagian besar merupakan perbukitan sangat cocok dengan tenaman ini. Plt Kepala Dinas Tanaman Pangan Hotlikultura dan Perkebunan (TPHP) Luwu Utara, Rusydi Rasyid, menyebutkan, kebun kelapa sawit pada tahun 2018 seluas 18.360 hektar.
Produksinya mencapai 336.426 ton tandan buah segar (TBS) per tahun. Kebun sawit Luwu Utara terdiri dari 2.987 hektare tanaman belum menghasilkan.
Kemudian 14.097 hektare tanaman menghasilkan dan 1.375 hektare tanaman tua. Kebun ini tersebar hampir di semua wilayah Luwu Utara.
Sekaitan dengan banyaknya potensi yang dimiliki oleh agribisnis berbasis kelapa sawit ini. Tentunya besar perhatian yang di berikan pemerintah dalam rangka untuk mengembangkan sektor perkebunan kelapa sawit ini.
Karena selain keberadaannya mampu meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan, sektor ini juga mampu menyumbangkan devisa bagi negara baik melalui aktivitas industri maupun pajak penghasilan dan lahan pertanian.
Sebagai bentuk perhatian pemerintah kabupaten daerah Luwu Utara dalam memberdayakan ekonomi masyarakat dalam hal agribisnis kelapa sawit yaitu dengan melakukan program peremajaan pohon kelapa sawit.
Dalam keterangan tertulis, Bupati Luwu Utara Indah Putri Indriani menyebutkan, kegiatan peremajaan di Kabupaten Luwu Utara sudah dilakukan sejak 2018 di lahan seluas 1.645,91 hektare.
Sedangkan pada 2019 peremajaan kelapa sawit ditarget mencakup lahan seluas 1.722 ha dengan realisasi realisasi 597,43 ha. "Untuk tahun 2020 sebanyak 2.000 ha dan realisasinya 1.061,78 ha dengan jumlah 13 kelompok yang tersebar di enam desa, tiga kecamatan," katanya.
Dalam program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) ini, petani mendapat bantuan dana dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) sebesar Rp25 juta per hektare. Dana bantuan tersebut baru-baru ini sudah dinaikkan menjadi Rp30 juta per hektare. Untuk memaksimalkan program PSR di Kabupaten Luwu Utara, pihak Pemkab memberikan bantuan bibit unggul kelapa sawit yang terverifikasi untuk program PSR kepada petani untuk ditanam di lahan seluas 1.061,78 ha.
Ketua Asosiasi Petani Sawit Indonesia (Apkasindo) Sulawesi Selatan (Sulsel) Badaruddin menyebutkan keberadaan bibit unggul merupakan hal penting agar petani terhindar dari penggunaan bibit palsu. Penggunaan bibit unggul, menurutnya harus juga dibarengi dengan pemeliharaan yang baik agar produksi lebih maksimal. "Oleh karenanya, mari maksimalkan kerja-kerja kelompok yang telah ada," kata Badaruddin.
Untuk meningkatkan hasil dari agribisnis kelapa sawit itu sendiri di perlukan juga strategi dalam pengembangannya. Strategi pengembangan agribisnis kelapa sawit diantaranya adalah integrasi vertikal dan horisontal perkebunan kelapa sawit dalam rangka peningkatan ketahanan pangan masyarakat, pengembangan usaha pengolahan kelapa sawit di pedesaan, menerapkan inovasi teknologi dan kelembagaan dalam rangka pemanfaatan sumber daya perkebunan, dan pengembangan pasar.
Strategi tersebut didukung dengan penyediaan infrastruktur (sarana dan prasarana) dan kebijakan pemerintah yang kondusif untuk peningkatan kapasitas agribisnis kelapa sawit.
Dalam implementasinya, strategi pengembangan agribisnis kelapa sawit di dukung dengan program-program yang konfrehensif dari berbagai aspek manajemen, yaitu perencanaan, pelaksanaan, (pembenihan, budidaya, dan pemeliharaan, pengelolaan hasil, pengembangan usaha dan pemberdayaan masyarakat), hingga evaluasi.
Infonya sangat membantu 👍👍👍
ReplyDelete